So Pity, So Pathetic

(agak basi, ngambil dr Blog FS gw hehe.. )

“Mayat membusuk ditemukan di Ranjang setelah tujuh tahun”
Kira2 itulah headline yang saya baca di detikdotcom waktu bln Mei tahun 2007. Berita yang sangat mengenaskan, bahkan hampir (atau lebih) mengenaskan daripada berita “John Lennon ditembak mati oleh penggemar fanatiknya”. Kenapa bisa lebih mengenaskan? Ya karena tidak bisa saya bayangkan, dalam waktu tujuh tahun tidak ada seorangpun yang mencarinya, di temukan mayatnya (yang sudah tidak berbentuk lagi) mungkin jg secara tidak sengaja. Saya cuma ga habis pikir, dan mungkin akan menangis jika kisah hidup orang ini difilmkan apalagi saat menjelang kematiannya, sendiri, kesepian, dan dalam keadaan yang sangat menyedihkan.. Ya Allah.. kasihan sekali orang ini.. saat hidup, sendiri dan sudah mati-pun tidak ada yang merasa kehilangan.

Berhubungan dengan itu, sy punya teman kost.. Pada suatu malam sy bertemu dengannya di ruang TV kost-an kami. Sy lihat raut mukanya, sangat tidak fresh, kusam, kusut, perutnya melebar kedepan dan kesamping, menghela nafas berkali2, dan terlihat sedih bahkan sangat terlihat kalau dia sedang banyak pikiran sehingga menyebabkan dia tertekan. Meskipun saya bukan tergolong yang senang ikut campur urusan orang lain tapi melihat dia sedang begitu tertekan terdorong keinginan saya untuk bertanya padanya.
“lo knp sel?” (Selly – nama samaran)
“hhhh… ga tau nih gw lagi stress bgt”.
dalam hatiku “Ya, aku tau..”
“Stres knp?”
“Gw abis nangis ris.. gw ga tahan banget sm yg sedang gw jalanin skrg.. ya masalah dikantor, masalah pribadi gw, keluarga gw..”
Aku terdiam.
Dia pun melanjutkan bicara.
“Sekarang ini gw lagi dikucilkan di tempat kerja dan digosipkan macam2. Bos gw bilang kerja gw ga becus, bahkan diam2 bagian personalia udah menyiapkan pengganti buat gw, kemungkinan gw akan dipecat. Gw udah merasa begitu makanya gw mulai cari2 kerjaan lain, tapi ga ada satupun yang nyangkut..”
Aku terus mendengarkan secara seksama sambil memandang iba padanya.
“Disaat2 seperti ini gw butuh bgt seseorang yang bisa merhatiin gw, gw butuh seseorang ris.. gw pingin punya cowo.. rasanya gw kesepian banget..”.
Matanya menerawang. Memang diumurnya yang hampir mendekati kepala 3, dia sudah pasti selalu mempertanyakan siapa jodohnya, sedangkan kekasih saja belum punya.
Dia melanjutkan lagi.
“kakak gw jg galak banget sm gw, setiap gw ketemu ada aja yang dia marahin ke gw, gw jadi ga betah klo main kerumahnya”.
Jujur, mendengar itu semua aku tidak bisa berkata apa2. Aku hanya berusaha untuk se-empati mungkin, dan ya, aku bisa merasakan apa yang dia rasakan, sangat sedih pasti.. tp karena aku beda keyakinan dengannya, aku pun ga bisa memberi saran apa2, mentok2 aku bilang..”merenung aja, dan serahin semua sm Tuhan.. yang penting kita ga jahat sm org, mudah2an org baik dikasih jalan yang baik meskipun harus dengan usaha kesabaran”.
Dia pun meng-iyakan. Sambil matanya menerawang lagi, pandangannya kosong. Kupikir Selly sebenarnya anak baik2, dia rajin ke tempat ibadah setiap minggu, tidak pernah keluar malam dan tidak pernah berbuat yg tidak2. Sayang, auranya tidak mendukung inner dalam dirinya, sehingga bisa jadi itu yang menjadi penghalang bagi dirinya untuk membuat laki2 tertarik padanya, jangankan laki2, aku yang hanya seorang temannya saja, ingin menjaga jarak dengannya. Hhh.. bagaimanapun, mudah2an suatu saat dia menemukan seseorang yang baik jg lah, begitu pikirku.

Saat kami terdiam, datanglah seorang teman kost sy yang lain. Saya menyebut dia dengan julukan ‘anak dugem’, namanya Vera (nama samaran).
Melihat si Selly, dia pun langsung berkomentar, “eh muka lo kusut banget sih, trus lo kyanya makin hari tambah gemuk aja deh, harusnya lo jaga badan, biar gmn cowo2 itu tetap ngeliat cewe dari covernya, bullshit mereka ngeliat kita dari hatinya, tetap aja dimana2 pertama2 liat fisik kita dulu”.
Dalam hatiku sedikit membenarkan omongan dia, karena hal itu memang realistis, meskipun ga semua hubungan percintaan punya kisah yang sm (jatuh cinta krn fisik), tapi di balik pembenaran itu pun, aku juga sedikit merasa kasihan dengan si Vera ini, dia memang lebih percaya diri dibanding teman sy si Selly td, cuma aku ga gitu melihat perbedaaan yang besar dari mereka. Cara Vera dalam mencari ‘teman’ untuk bersenang2 sepertinya bukan untuk jangka panjang, tidak alami, dan terkesan memaksakan. Ada malam2 tertentu sy melihat Vera dandan habis2an, yang membuat mukanya menjadi lebih menarik, pakaian yang membuat laki2 melihat saat dia lewat, dan jadilah ia percaya diri dengan semua itu. Untuk apa? Untuk kesenangan sesaat kupikir. Tidak jarang aku menangkap pemandangan si Vera sedang melamun sendiri sambil merokok di ruang TV tanpa TV dinyalakan. Aku yakin di dalam hati paling dalam si Vera, ia pasti merasa kesepian.. kesepian diantara hingar bingar kehidupan malam, mempertanyakan ‘apa yang sedang aku lakukan disini?’. Meskipun tampak ia menikmati hidupnya dengan cara seperti itu, aku sangat yakin suatu hari pasti ia akan merasa ‘cukup sudah’, karena teman yang dia dapat baik laki2 ataupun teman perempuan, sudah pasti tidak ada yg membawa manfaat baik padanya, knp aku bisa bilang begitu? hal ini terlihat saat aku sedang makan diruang TV, disitu sedang ada Vera dengan teman2nya membicarakan hal2 yang menurutku tidak bermutu sama sekali, misalnya cerita kejadian2 lucu saat mereka mabuk di sebuah klub malam, kenalan dengan laki2 negro, laki2 bule, laki2 india, atau laki2 arab, yang setelah malam itu kenalan jangan harap besok masih kenal. Klo beruntung, mungkin suatu hari ia akan menemukan laki2 yang baik, yang bisa melihat ia sebagai wanita yang bisa dijadikan pendamping hidup dengan setulus hati, kalo tidak? Bisa dibayangkan seumur hidup ia akan bersama dengan seseorang yang ga menghargainya sama sekali, karena hanya menganggap ia sebagai wanita ‘pemuas’ perut saja dan tidak berharga apa2, karena pasti banyak wanita yg ‘mudah’ diluar sana.

Intinya memang tidak se-sepele itu bagi kita wanita untuk menemukan seorang laki2 baik yang akan menjadi pendamping untuk seumur hidup kita. Tidak hanya dengan cara menjadi cewe baik2, tapi bermuram durja dalam sudut kamar, merenung dengan lampu dimatikan melamun mepertanyakan nasib, atau sebaliknya, menjadi 'cewe gaul' pergi dugem kesana kemari, kenalan dgn banyak teman yang menurutku tidak jelas.
Aku sadar, jangankan pendamping hidup, teman untuk berbagi suka dan duka saja sulit untuk didapat, teman yang bener2 ‘friend in need, friend indeed’, teman yang tidak menjerumuskan kita, yang mau mendengarkan kita, yang tulus, yang jujur, yang sayang dan perhatian. Bagaimana cara mendapatkannya? Kupikir, jadilah teman yang seperti itu dulu, memang kadang kenyataan suka pahit, kitanya udah baik sedemikian rupa sm org, tapi malah diperlakukan sebaliknya, makanya perlu ketulusan disini, dan pada akhirnya kita pasti bisa berpikir, mana org yg baik utk dijadikan teman dan mana yang tidak.

Balik ke -Mayat yang baru ditemukan setelah 7 tahun- td. Aku jadi mengira2, bisa jadi ada yang salah dengan org ini semasa hidupnya. Kemungkinan besar dia anti-sosial, tidak bisa menyesuaikan diri dengan orang lain, dan smp saat ini tidak diketahui apakah ia masih mempunyai sanak family atau tidak, yang jelas sudah pasti ia tidak mempunyai teman.