Plagmatis Damai :D

Berhubungan sama blog Meli yg lg bahas 4 macam personality orang, aku mau cerita, eh tp ga ada hubungannya sm kasus meli ya.. :).


Entah kenapa klo dipikir2 ternyata aku hidup dikelilingi oleh orang2 yg punya sifat dasar Plagmatis, ada Mba’ Y (tmn ktr), Pak R (bos), dan.. aku sendiri hehe.. Cuma 3? yah 3 org (termasuk aku) itu mang yg saat ini org2 yg paling dkt sm aku (aku dekat dgn aku sendiri? Ya iyalah, I know myself better dong), jd ga usah bahas yg jauh2 deh. 

Mungkin ga bisa di patokin jg klo sifat org itu Plagmatis atau bukan, cuma ada persamaan dari kita bertiga, apa itu? Yaitu, GA BISA MARAH. Oh ya? Masa sih? Bagus dong, eh apa ga bagus ya? Bener2 ga punya emosi apa marah di pendem2? Hmm… sebagai salah satu dr org2 itu, aku ga bisa jawab krn bisa jadi kondisional kali yah.. Maksudnya?

Ok, aku kasih contoh kasus dari masing2 orang yg aku sebut diatas:

Aku. Klo pengalaman pribadiku sih begini, misalnya nih aku lagi punya pacar, dulu lah sm seseorang. Aku itu orgnya sabaaar bgt (jieeh), klo pacar udah jahat, semena2, diajak ngomong baik2 ga di dengerin, mendominasi, dsb, tetep aja aku ga bisa marah sm dia. Tapi pada suatu waktu, saat otak aku yg dah lama tidur krn ketutup hati, akhirnya bangun juga, dan bilang, “udahlah km cari yang lebih baik deh dari dia”, dan bisa pada saat yang tidak disangka2 aku bisa serta merta meninggalkan si pacar itu begitu saja. Wah, si pacar pasti tidak siap dan merasa “kok bisa?”, atau malah terbengong2 ga tau mo ngomong apa alias “shock”. Dia mungkin berpikir, selama ini kyanya riska terlihat baik2 aja, nyaman2 aja, dan ga pernah komplain apa2, kok tiba2 mutusin gw? Lalu bilang “Riska, km jahat bgt sih ninggalin aku, padahal aku udah nyaman bgt sm km”.

Selanjutnya kita lihat pengalaman Mba’Y. Dulu Mba’Y pernah kerja sm Direktur PT apa gitu, seorang wanita yang super sibuk, perangainya judes, bossy abis, dan tambah lagi –sgt disayangkan- kurang menghargai kerja karyawannya, apapun yg Mba’ Y lakukan kurang dianggep, padahal jarang jarang bgt ngelakuin kesalahan, hampir tidak pernah, tp pada suatu wkt ada kesalahan supir si Direktur itu, trus marah2nya sm Mba’Y, marah2nya sgt tidak wajar, padahal Mba’Y dah kerja lumayan lama sm dia (hampir 4 tahun gitu), cm karena kesalahan kecil yg sebenarnya jg bukan kesalahan Mba’Y, si Direktur marah bgt. Terlihat disitu si Direktur ga anggep kerja Mba’Y yg selama ini bagus. Dan dari cerita Mba Y, hal ini sudah sering terjadi, tp Mba Y berusaha sabar dan sabar.. smp akhirnya merasa cukup dengan perlakuan si bos yg kurang menghargai Mba Y. Hari itu juga mba Y berhenti tanpa basa basi, cuma kasih surat pengunduran diri. Karena Mba’Y merasa kerja mati2an se-sempurna apapun selama kurang lebih 4 tahun itu seperti ga berarti apa2 bagi si Direktur. Tapi disaat Mba’Y mengundurkan diri itu, barulah si Bos terhenyak krn tidak menyangka, bahkan bertanya “kenapa?”.

Berikutnya, Pak R. Bos aku yg baiiik banget, hampir ga pernah aku liat dia marah (meskipun pernah,  bukan sm aku hehe). Bos ini klo kecewa jarang bentak2, tapi bisa dilihat dari mukanya yg kecewa, dan klo kemarahannya sudah bertumpuk2, bisa meledak jg. Dan caranya jg ga selalu marah2 ke org yg bersangkutan, tp dengan cara tidak memperdulikan org yg udah membuatnya kecewa itu. Misalnya: klo ada karyawan dia yang suka ga masuk tanpa ijin, atau kepergok lagi santai padahal kerjaan ada di depan mata. Sekali dua kali bisa dia diemin dan berharap si karyawan sadar sendiri, tp klo ga sadar2 jg dan mungkin si karyawannya jg yg menyepelekan Bos yg ga bisa marah itu, akhirnya Bos bisa habis jg kesabarannya di sepelekan begitu. Cih, Bos kok dilawan. Klo ga dipecat yah di kucilkanlah si karyawan smp ga tahan sendiri. Jadilah si karyawan tertekan. Dan bilang “Pak R kok gitu sih.. jahat bgt.”

Jadi sikap marah kami ini bentuknya adalah diam, lalu diam2 pergi. Dan tak kembali.
Tanpa peringatan gitu? iih kok gitu, jahat banget sih dipendem2 trus pergi gitu aja.

Hei, sikap kami ini bukan introvert, yang dieeem aja ga mau terbuka ngungkapin perasaan. Atau marah dipendem2, trus sampai2 dibilang pendendam karena diem2 ternyata ada sesuatu dibalik diamnya itu. No no.. engga sama sekali. Lebih tepatnya sikap sabar kami ini cuma cari damai, males ribut2, toh org2 yg kita hadapin itu bukan anak kecil lagi yg harus dikasih tau satu2 yang ini baik-yang ini salah, yang ini boleh-yang ini ga boleh, kamu harus begini-harus begitu, dsb.. engga deh, ga perlu harus dikasih tau ini itu utk bagaimana seharusnya dalam menghargai orang lain. Pertama, org2 yg kami hadapi ini udah dewasa. Kedua, punya otak yang bisa berpikir. Ketiga, tentu punya hati juga.

Lalu kami ini bersikap baik juga bukan biar dibilang sok baik, sok sabar, sok suci atau apa, tapi ya karena memang manusia hidup bersosialisai seharusnya begitu bukan? Tidak mengganggu satu sama lain, damai sejahtera, aman tentram, bahagia sehat sentosa, dan semua akan baik2 saja (hehe apa sih). Nah, yang bermasalah justru bukan kami2 ini, yah yg bermasalah org2 yg cari masalah sm kami, memanfaatkan kebaikan dan kesabaran kami, bukannya itu yg jahat? Baru menyesal setelah kehilangan, trus bilang kami yg jahat karena yg meninggalkan duluan? Adilkah itu? Bukankah kami ini berhak mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan jg. Kami berusaha membuat senang org lain, membuat nyaman org lain dengan mengorbankan perasaan sendiri, bahkan kadang fisik sampai ikut lelah menghadapi org2 yg kurang menghargai itu, kalo kami tahan2 kesabaran kami ini lebih lama lagi, bisa jd akan stress atau sakit struk sekalian. Eh bisa loh, jangan salah. Makanya satu2nya jalan adalah kami diam dan pergi tanpa basa basi. Karena kami sudah terlalu lama bersabar, berpikir mungkin suatu hari dia akan berubah, atau mudah2an nt dia sadar klo tindakan dia salah. Dalam jangka waktu yg tidak bisa ditentukan juga, hanya logika yg bangun itu td, yg membuat kami akhirnya memutuskan keputusan terakhir, yaitu meninggalkan/tdk peduli lagi dengan kalian hai org2 yg tidak menghargai kami. Titik. Selesai.

….

….

Eh belum masih ada lanjutannya lagi.

Engga, cuma mau ngomong, klo aku pribadi sih, di dasar hati yg paling dalam masih ada kepedulian terhadap orang2 atau seseorang yg udah membuat aku kecewa krn tidak menghargai aku, aku berdoa semoga km/kalian bisa sadar akan hal ini dan tidak mengulangi lagi kesalahan yang sama kepada org berikutnya atau siapapun itulah. Inget, hati itu seluas samudra, org diam belum tentu diam.