Mas
Gagah sangat dekat dengan adiknya. Mereka selalu menghabiskan waktu bersama,
pergi nonton konser, jalan2 ke mol, sampai tiap pulang sekolah adiknya selalu
di jemput Mas Gagah. Pokoknya di mata adiknya, Mas Gagah itu keren banget deh!
udah ganteng, gaul, pinter, jago karate, dst.. Suatu hari Mas Gagah kakaknya
itu harus pergi ke luar kota selama beberapa bulan utk tugas kuliahnya,
sekalian KKN (kuliah kerja nyata). Nah, sejak kembalinya Mas Gagah dari luar
kota itu, tiba2 kepribadiannya berubah drastis.. bukan hanya kepribadian, tapi
penampilannya juga. Jadi apa? Jadi agamis bangeet.. klo keluarga2 kebanyakan
mungkin senang ya ada anggota keluarganya berubah jadi lebih baik, jadi lebih
paham agama.. lah ini malah jadi konflik di keluarganya. Ibu dan adiknya jadi
merasa aneh bahkan sinis dengan perubahan Mas Gagah itu. Mereka menduga yang
enggak2, sampai adiknya merasa kakaknya itu masuk aliran sesat. Padahal sejak
perubahan pada diri Mas Gagah, Mas Gagah jadi lebih aktif dalam kegiatan
sosial, bicaranya lebih santun, lebih peduli dengan orang miskin, dan perubahan
positif lainnya. Tapi adiknya selalu marah2 dan risih klo kakaknya bicara agama
dan memberitahu adiknya ttg hal tersebut.
Ya, itu cuma sekelumit cerita dari
film “Ketika Mas Gagah pergi” karya Helvi Tiana Rosa. Meskipun cuma fiksi, tapi
penggambaran keluarga yang “alergi” terhadap agama itu nyata adanya. Agama itu
klo bisa ga usah dibicarakan, bahkan dalam keluarga sendiri. Menjadi alim itu
suatu hal yang aneh, mending jadi orang biasa2 aja, klo bisa agama itu cuma
identitas utk di KTP aja dan disimpen dalam hati aja, udah. Karena kita semua
ini belum tentu bener, jadi ga punya hak utk ceramah agama ke orang lain,
anggapannya semua yang ceramah2 itu munafik, ngomong yg baik2 ke orang padahal
diri sendiri juga banyak dosa. Begitu pemikiran orang2 yang alergi terhadap
agama.
Membicarakan alergi terhadap
agama, saya jadi inget pilpres tahun 2014 yang lalu. Sebenarnya saya juga
heran, kok pilpres tahun 2014 itu sangat panas dan ramai sekali perseteruannya
antar 2 kubu itu ya..
Nah mari kita coba review kembali.. Sebut saja yang nomor satu itu kubu Putih dan yang nomor dua itu
kubu merah. Ndilalahnya, kubu putih itu di dukung salah satu partai agamis yang
cukup besar di Indonesia dan kubu merah di dukung partai sekuler (yg mengaku
nasionalis) yang juga besar di indonesia. Jadi terkesan ini perseteruan dua ideologi
dalam memprebutkan kursi pimpinan di Republik Indonesia, padahal partai utama
yang mendukung kubu putih itu bukan dari partai agamis tersebut.
Bicara Republik Indonesia, bisa di
bilang kita Negara damai dengan penduduk mayoritas Muslim yang bisa hidup
berdampingan dan toleran dengan penduduk agama minoritas, sama sekali tidak ada
masalah dengan perbedaan agama dan suku di sini. Ya, meskipun ada beberapa
daerah yang terjadi konflik karena di picu dari sentiment perbedaan agama dan
suku, tp tidak signifikan sampai bisa menjadikan bangsa kita terpecah belah
(jangan sampai lah..). Lalu klo mau dibilang sekuler? hmm.. klo sy liat sih dulu sama sekarang
sepertinya penduduk Indonesia saat ini lebih banyak kemajuan dalam mendekatkan
diri pada agama, dilihat dari banyaknya perempuan dewasa yang memakai jilbab,
lalu penuhnya mushola2 di mol2 setiap masuk adzan sholat (terutama adzan
magrib), banyaknya sekolah2 islam terpadu, pembangunan mesjid, dsb. Mungkin ada
bagusnya juga dengan kemajuan teknologi saat ini, sehingga utk belajar agama
juga lebih mudah dan cepat.
Tapi sayangnya, kemajuan dalam
mendekatkan diri pada agama juga berbanding lurus dalam mencari hal2 yang anti
agama dengan menggunakan teknologi maju saat ini. Misalnya seperti pornography,
artikel2 ttg paham sekuler, atheis, komunis, dll.
Jadi memang di Indonesia ini,
kita mau tidak mau harus menerima bahwa memang ada 2 kubu ideologi disini,
yaitu agamis (lebih ke islamis) dan sekuler.
Kembali ke perseteruan pilpres
2014 tadi, selama masa kampanye, telah terjadi perang di sosial media. Masing2
punya pendapat dan pemikiran sendiri, sehingga mau kita bicara apapun, mereka
udah punya preferensi masing2. Banyak orang yang tadinya tidak peduli politik
tiba2 jd merasa paling pintar politik (termasuk saya mungkin). Pada awalnya klo
saya pribadi, mungkin cuma karena merasa sosok calon pemimpin dari kubu merah
itu tidak cocok jadi pemimpin bangsa yang besar ini, dan saya udah ga percaya
media yang memoles ‘orang itu’, jadi orang yg merakyat, sederhana, tidak
sombong, ndeso, mau turun langsung ketemu rakyatnya dan bla bla lainnya,
sampai2 dia di foto sedang naik bajaj, nyapu jalan, nyemplung got, dll.. ah sy
mah udah ga percaya tuh dengan kampanye model gituh.. jadi yang pada awalnya sy
udah ga simpatik sm calon kubu merah (di tambah karena sy ga sukak bgt sm
partai kubu merah ini), lama2 saya lihat memang orang2 yang mendukung kubu
merah ini aneh2.. dari orang2 islam liberal, syiah sampai penggiat LGBT juga
memihak si kubu merah. Memang ini menyangkut ideologi saya juga pada akhirnya
(sila di tengok pada tulisan sy yang ini).
Ada satu orang yang paling apes di
sini, tapi bisa di bilang ini titik balik utk dirinya juga sih.. tergantung
dilihat dr sudut pandang mana hehe.. namanya Jonru. Dia sebenarnya bukan
siapa2, hanya seorang penulis biasa yang kebetulan saat masa kampanye Pilpres
2014 itu rajin menulis sudut pandang dia ttg pemilu ini di social media, kadang
berupa kritikan, opini, dan memang tulisannya cukup tendensius utk berusaha
menyadarkan kita2 bgmn buruknya capres dari kubu merah. Yah seperti yang saya
bilang tadi, ternyata pilpres kali ini memang banyak sekali yang antusias, jadi
tulisan2 Jonru ini banyak sekali yang merasa sepaham, jadilah viral karena di
share banyak orang. Cuma ya itu, selain banyak yang suka, banyak juga yang
membenci dia. Sebenarnya tulisan2 yg menjatuhkan capres kubu merah bukan hanya
Jonru seorang, tapi karena Jonru ini mengaku
terang2an sebagai kader PKS jadilah ia bulan2an para pendukung capres kubu
merah. PKS itu ya yg td saya bilang Partai agamis yang mendukung capres dari
kubu putih. Bukannya apa2, mereka orang2 yg dr kubu merah ini ga suka sm partai
ini bukan hanya karena dari kubu yang berseberangan dgn mereka, tapi dari awal
PKS ini memang sudah banyak yang sentimen dan benci ga jelas, mungkin alasannya
karena PKS itu Partai islam ya? Partai dakwah? Yep mungkin. Karena omongan
mereka yang membenci PKS itu hampir sama, yaitu: “jangan bawa2 agama untuk
politik”, “jangan jualan agama”, dsb. Daan.. klo kita tarik kesimpulannya knp
mereka kok bisa begitu membenci Partai islam? Silahkan baca lagi tulisan ini
dari awal hehe.. (anti klimaks bgt haha). Maaf becanda, maklum nulis ini sambil
kerja dengan selingan2 telpon yang ternyata ga penting (cuma nawarin kartu
kredit atau KTA hhh.. ).
Ok lanjut, klo saya cermati sih
mereka sentimen bukan sama PKS-nya, tapi ya sama islamnya. Soalnya klo Partai
bawa agama, Partai Kristen juga ada kok, tapi sama sekali ga di gubris sama
orang2 yang teriak2 bilang jangan bawa agama ke politik. Jadi memang ada
sekumpulan (atau mungkin lebih besar dari cuma sekumpulan) yang tidak ingin
Islam itu maju disini, di Indonesia. Mereka ingin agama ya cukup di KTP aja
(bahkan klo bisa di hapus aja dari kolom KTP), jangan sampai islam berkuasa dan
di jadikan dasar hukum Negara. Ya kira2 itulah ketakutan mereka, mereka takut
klo partai islam menang trus syariat islam bakal di terapkan di Negara ini.
|
Ini bukti mereka tdk mau 'islam' jd ideologi |
Makanya ga heran, ada aja artikel2
dari “mereka” yang menjelek2an Arab Saudi, karena notabene-nya Arab Saudi itu
salah satu contoh Negara yang menerapkan hukum dengan syariat islam. Selain
itu, mereka memberi contoh klo banyak negara2 islam yang sedang berlangsung perang sampai
saat ini, hanya untuk menggambarkan klo Negara dengan syariat islam ya jadinya kacau.
Sayangnya “mereka” yang ingin menjatuhkan islam justru di dukung sama orang2
(yang mengaku) muslim sendiri. Dengan merasa jadi islam yang moderat, islam
yang maju ga konservatif, islam yang sesuai dengan kemajuan jaman, dsb-nya.
Jargon2 kya gitu emang sekilas keliatan keren ya, apalagi tulisan2 dari mereka
itu terkesan kya smart banget gituh.. (hhh.. klo menurut sy sih, isinya kosong
semua). Dan misi mereka bisa dibilang cukup berhasil, menyesatkan muslim2 lain
yang mungkin sedang belajar agama, atau mungkin sedang mempertanyakan jati
dirinya (labil), jadilah kena sasaran mereka.
Lucu juga sih, padahal untuk
mengatakan "mereka" itu ngaco ga harus pintar agama banget, tapi yah ada aja yang
ikut2an sepaham dengan mereka. Bayangin aja, “mereka” yang sedang membusuki
agama islam itu, sangat membela semua2 yang dilarang islam, seperti minum
alcohol, menikah beda agama, hubungan LGBT, memilih pemimpin kafir, aliran2
sesat, dan hal2 munkar lainnya.. Bahkan mereka tega memfitnah klo islam itu
agama yang tidak toleran, dan menjelekan ulama2nya suka poligami, dsb. pokoknya
bagaimana caranya mereka membuat issue2 yang bisa memecah belah umat dan muslim
itu minder dengan agamanya sendiri.
Dan ya, itu sedang terjadi saat
ini. Sebenarnya saya sendiri bukan orang
yang agamis banget, tapi saya ga alergi dengan syariat islam, bahkan saya
sangat mendukung itu. Dan saya sedih klo liat kita sesama muslim saling ribut,
apalagi klo liat muslim yang jelek2in agama sendiri dan saudaranya. Ibarat
sebuah keluarga, muslim itu seharusnya saling menyayangi, saling membela, dan
bersatu melawan semua yang dilarang Allah SWT. Soalnya kita nyari apa sih di
dunia? Pada akhirnya kembali ke akhirat juga.
Jadi klo memang ada sarana dan
prasarana (misalnya hidup di Negara dengan syariat islam), kan kita jadi lebih
mudah utk mendekatkan diri pada Allah SWT dan terbiasa dengan aturan2 islam
itu. Yah memang di islam itu banyak aturan, tapi trus kenapa? So far aturan2
dalam islam, ga ada yang terlalu memberatkan saya deh. Biasa aja. Entahlah klo
untuk orang yang terbiasa mengerjakan maksiat, mungkin bakal berat (bukan
berarti sy bebas dari dosa ya, setiap manusia kan pasti punya dosa).
Nah klo merasa ga keberatan dengan
syariat islam, ngapain benci dan sebel sm Partai Islam? Kenapa takut?
Dan untuk yang non muslim ga perlu
takut tinggal di Negara dengan syariat islam, karena pesan dari Al Qur’an dan
hadist Nabi Muhammad SAW sudah sangat jelas utk masalah toleransi ini. Klo ga
toleran mah, RI yang mayoritas muslim, pasti udah melakukan penghapusan etnis
minoritas seperti yang sedang terjadi di Republik Afrika tengah, Burma, dsb.
Yah well, ga sejauh itu juga sih
klo mau ngomongin Indonesia (untuk menjadi Negara islam), menurut saya Negara
RI ini sudah cukup baik dalam menjalani toleransi beragama ataupun beda suku.
Seperti yang saya bilang sebelumnya, kita ga pernah ada masalah dengan
perbedaan. Karena itu, waspada aja dengan orang yang diam2 suka memanas2i
apalagi secara eksplisit menjelek2an agama, itu namanya ya provokator. Jangan
terpancing ok, saudaraku!
Ya sudah, kyanya udah kebanyakan
nih ngalor ngidul nulis ini hehe.. udah dulu yaa..
Semoga ga ada pihak2 yang
tersinggung dengan tulisan ini, klo tersinggung mohon di maafkan ya.. ^_^
Tulisan lain yg berhubungan dengan ini bisa di baca di sini dan di sini.